Pagi yang cerah, suara burung berkicau seakan bernyanyi. Gue
bangun dengan rasa galau, karna hari ini, hari penentuan yang
ditunggu-tunggu anak sekolahan, yaitu hari kenaikkan kelas.
Gue bergegas mandi, pake seragam putih abu-abu, dan yang terakhir sarapan.
Tepat jam 06.30, gue pamit sama kedua orang tua gue dan mohon do'a agar gue
naik kekelas XI. Gue pun berangkat kesekolah mengendarai motor matic kesayangan
gue.
Gue pun sampai digerbang sekolah gue, yaitu SMAN 1 Painan (sumbar), gue melihat
kerumunan siswa didalam sekolah, kayaknya sih mereka lagi bercerita tentang
kenaikkan kelas.
Gue lansung keparkiran sekolah dan memakirkan motor matic
kesayangan gue. Gue pun berjalan mengelilingi sekolah untuk mencari
teman yang satu kelas sama gue. Nggak ada satupun yang gue temui. Gue
pun melanjutkan perjalanan menuju kantin yang tidak terlalu jauh dari
tempat gue berdiri sekarang. Gue duduk dikantin ini sendirian, gue memesan
secangkir pop ice rasa vanila blue biar untuk menghulangi rasa bosan
duduk sendirian dikantin ini. Pop ice yang gue pesan selesai, ibu kantin
meletakan pop ice itu dimeja gue dan sambil bertanya ke gue "Gimana perasaannya hari ini nak?". Gue pun spontan menjawab "Deg-degkan". Ibu ini kembali nanya sama gue "Yakin nggak kalau kamu naik kekelas selanjutnya?" Gue cuma menjawab apa adanya "Optimis aja buk".
Ibu kantin ini nanya lagi sama gue dengan tempat yang berbeda, yang
tadinya dihadapan gue, tapi sekarang ia nanya sambil berjalan menuju
pintu kantin dan melihat siswa yang berada dilapangan "Kalo seandainya nggak naik gimana?".
Gue terdiam mendengar pertanyaan ibu kantin ini. Ini pertanyaan yang
nggak ingin gue dengar hari ini, pertanyaan ibu kantin ini ngalahin
pertanyaan dari malaikat yang akan nanya gue dialam kubur nanti hehe. Gue
menjawab pertanyaan dari ibu kantin sambil berjalan menuju ibu kantin
yang lagi asik melihat anak sekolah dilapangan. Dan gue pun membayar pop
ice yang gue pesan tadi "Kalo nggak naik? bunuh diri aja lagi buk, biar nggak dengar pertanyaan ibu lagi hehe"
Ibu kantin itu cuma tertawa mendengar jawaban dari gue. Gue pun
berjalan kelapangan sekolah yang lumayan jauh dari kantin, gue melihat
teman-teman yang satu kelas dengan gue disana, gue menghampiri mereka.
Sesampai dilapangan tepatnya ditempat teman-teman gue yang lagi
berkumpul, gue lansung menyapa mereka "Hai?" Semuanya melirik kearah gue dan salah satu dari mereka kaget melihat kehadiran gue "Eh andres, masih hidup lo ndres? kemana aja lo selama nggak masuk sekolah? bolos?".
Hmm... Gue hanya tersenyum dan nggak menjawab pertanyaannya, mereka
kembali bercerita tanpa mengajak gue. Gue pun kembali berjalan
kelapangan sebelah, yaitu lapangan basket, disana gue juga melihat teman
yang satu kelas sama gue yang lagi asik bermain basket sama kakak-kakak
kelas.
Gue pun sampai ditepi lapangan basket, gue duduk ditemani
sebatang pohon besar ditepi lapangan ini dan gue memerhatikan teman gue
dan kakak-kakak kelas yang lagi asik bermain basket. Gue melamun dan
berpikir ditepi lapangan ini "Andaikan hari ini, hari penentuan mereka mati, apa mereka masih sempat berkumpul dan bermain?".
Selang beberapa menit gue melamun, ada cewek yang menghampiri gue,
namanya cewek itu putry, dia kembang disekolahan gue. Putry ini sangat
cantik, baik, suka tersenyum, pokoknya perfect deh. "Hai ndres, ngapain lo melamun? ntar kesurupan loh hehe" Gue kaget dan gue monoleh kesebelah gue "Eh putry, kesurupan? setan mana yang mau masuk ketubuh gue, jangankan masuk! liat wajah gue setannya udah kabur duluan hehe" Kami berdua ketawa dan putry nanya-nanya sama gue kayak jurnalis yang lagi mencari berita buat majalahnya "Btw, gimana pendapat lo tentang hari ini?" "Hm.. baik-baik aja" jawab gue. Putry kembali menjelaskan pertanyaannya tadi "Maksud
gue bukan gitu, sekarangkan hari penentuan lo dan gue naik kekelas
selanjutnya, jadi kalo seandainnya lo nggak naik gimana?". Ya tuhan! pertanyaan ini kembali terdengar ditelinga gue "Kalo gue nggak naik? gue akan bunuh lo, biar gue nggak mendengar pertanyaan dari lo lagi hehe, ini ciyus loh!" Putry kaget mendengar perkataan dari gue "Haa? kenapa begitu?" "Lagian pernyaan lo buat gue takut, gue serasa ditanya sama malaikat hari ini hehe"
sahut gue. Kami berdua kembali tertawa. Pembicaraan kami terhenti karna
bokap gue calling gue dan nanya gue lagi dimana, soalnya bokap gue udah
digerbang sekolah untuk mengambil rapot gue. Karna rapot harus
orang tua siswa atau wali siswa yang mengambilnya. Bokap pun menghampiri gue ditepi
lapangan basket "Dikelas mana pembagian rapot ndres?" tanya bokap gue. "Nggak tau" sahut gue. Gue pun nanya sama putry yang masih setia menemani gue disini "Put? kelas X.3 pembagian rapotnya dimana ya?" "Hmm.. dimana ya, kayak tetap dikelas X.3 itu deh" sahut putry. "Oh, tunggu bentar ya put, gue mau ngantar bokap gue kekelas dulu"
Sahut gue sambil ngajak bokap kekelas X.3. Gue dan bokap berjalan
menuju kelas X.3. Sesampai disana, kelas gue udah penuh dengan
bapak-bapak, ibu-ibu, sampe kakek nenek yang bergaya ala anak muda pun
juga ada dikelas gue hehe. Bokap
gue pun masuk kekelas itu. Dan gue lansung pergi kelapangan basket
ditempat gue duduk tadi, rupanya putry masih ada ditepi lanpangan itu
yang lagi duduk sendirian. Gue menghampiri putry. Kami kembali
bercerita, ketawa dan galau-galauan memikirkan hasil jerih payah kami
selama satu tahun. Apakah beranjak kekelas selanjutnya?
Gue dan putry nggak menyadari kalo udah satu jam bercerita,
ketawa dan galau-galauan ditepi lapangan basket ini. Putry pun pamit
sama gue, buat menghampiri orang tua nya, putry pun berjalan
meninggalkan gue sendiri disini.
Gue tetap duduk dilapangan ini, meskipun ditemani sebatang pohon
besar. Gue melihat keramaian anak sekolah disetiap kelas. Mereka hanya
berdiri diluar kelas melihat orang tuanya atau wali siswanya yang lagi
mengambil rapot mereka.
Kayaknya pembagaian lapor udah selesai. Gue
memperhatikan satu-persatu dari mereka, gue melihat ada yang menangis,
ada yang senang, dan ada yang teriak-teriak histeris melompat-lompat
sambil tangan dikepalkan keatas kayak lagi nonton konser metal hehe. Hmm..
Gue nggak tau gimana ekspresi gue saat melihat rapot nanti, menangiskah?
senangkah? atau kayak orang lagi nonton konser metal?
Rupanya benar dugaan gue, pembagian rapot udah slesai, karna
bokap gue menghampiri gue yang lagi melamun melihat keramaian anak
sekolah didampingi orang tua atau wali mereka. Bokap gue melihatkan
hasil rapot ke gue dengan raut wajah yang amat kecewa. Gue mengambil
rapot itu dari tangan orang tua gue. Gue cemas dengan raut wajah orang
tua gue. Apa gue nggak naik?
Hmm, perlahan-lahan gue mencoba melihat hasil dari jerih payah
gue selama satu tahun. Alhamdulillah... gue naik kekelas selanjutnya,
tapi dengan nilai yang lumayan anjlok.
Semua ekspresi gue lontarkan sambil memeluk bokap gue. Gue
teriak-teriak histeris kayak orang gila, bukan kayak orang lagi nonton
konsel metal hehe. "Yeeeaaaarrrrrgggghhhhh"